
Selama satu dekade (10 tahun) lebih, warga yang bermukim di Jl Letda M. Sidi Junet Kelurahan Kemelak Bindung Langit Kecamatan Baturaja Timur, merasakan dampak ketimpangan pembangunan. Jalan utama menuju rumah-rumah mereka, nyaris tak ada yang rata lantaran mengalami kerusakan. Padahal mereka berdiam di belakang areal kantor Pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Seperti apa kondisinya?
Laporan: MARULI EBTA
PAGI yang cerah, pada lusa lalu. Dua bocah, Fira dan Fatih bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Jarak tempuh dari rumahnya di Jl Letda M Sidi Junet RT 09 RW 03 Kelurahan Kemelak Bindung Langit Kecamatan Baturaja Timur, menuju sekolahnya hanya sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor.
Pagi itu hujan rintik mengguyur kawasan kota baturaja termasuk di wilayah Kelurahan Kemelak Bindung Langit sejak subuh.
Semangat kedua anak ini untuk ke sekolah tak berkurang mesti kondisi diguyur gerimis.
Diantar sang ayah, Fira yang duduk di bangku sekolah Dasar kelas IV Sekolah Dasar (SD) Islam Terpadu (IT) Fatonah Baturaja, dan Fatih yang baru duduk di kelas 1 SD, menerobos dinginnya pagi.
Mereka menggunakan mantel (baju khas untuk hujan) sebagai alat untuk melindungi diri dari dinginnya gerimis hujan di pagi itu.
Rintangan menuju sekolah, tidak sampai disitu saja. Kondisi jalan yang dilalui, pun cukup menantang.
Ya. Kondisi jalan utama yang digunakan sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) di lingkungan RT 07 dan RT 09 RW 03 Kelurahan Kemelak Bindung Langit, itu mengalami rusak berat.
Tak ada lagi warna hitam di sepanjang jalan Letda M. Sidi Junet. Ini menandakan bahwa kondisi jalan sudah tak layak lagi dilalui.
Lubang berlumpur menganga di sejumlah titik jalan. Pun juga bebatuan bercampur tanah menjadi penghalang utama bagi pengguna jalan yang bermukim persis di belakang kawasan pusat Pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Jarak antara pemukiman dan Kantor Bupati OKU hanya sekitar 500 meter. Sedangkan ke pusat kota hanya menempuh sekitar 15 menit.
Namun ironi terjadi disini. Ketimpangan pembangunan seolah menjadi cermin ketidakpedulian pemerintah terhadap kondisi yang dialami masyarakatnya.
Aspal Jalan Letda M. Sidi Junet, tak hitam lagi. Bahkan sudah berubah menjadi jalur offroad.
Tak jarang sejumlah pengguna jalan harus memutar balik lantaran terjatuh saat melewati titik jalan yang licin dan berlumpur.
Inilah ironi cerita warga di belakang kantor Bupati OKU yang sudah 10 tahun terakhir ini belum tersentuh pembangunan.
Fira dan Fatih hanyalah dua dari puluhan anak-anak yang bermukim di belakang pusat pemerintahan daerah yang berjuluk bumi Sebimbing Sekundang.
Keluh kesah masyarakat di kawasan ini kerap disuarakan. Bahkan setiap tahun masyarakat disana melalui perangkat pemerintahan Kelurahan menyampaikan usulan pembangunan jalan melalui rapat, termasuk dengan proposal pengajuan pembangunan jalan.
Namun hasilnya, 10 tahun lebih sudah masyarakat dipaksa harus bersabar menanti buah dari pembangunan di pusat pemerintahan Kabupaten OKU.
Evan, Ketua RT 07 RW 03 Kelurahan Kemelak Bindung Langit mengatakan, kondisi kerusakan jalan di wilayahnya terjadi sejak awal tahun 2010 yang lalu.
Tahun – tahun berikutnya, kerusakan semakin parah. Bahkan dalam 4 tahun terakhir kerusakan tersebut semakin buruk. Nyaris tidak ada lagi jalan yang rata di sepanjang Jl Letda M. Sidi Junet.
“Usulan sudah sering kami ajukan, tapi sampai hari ni belum juga ada titik terang,” ungkapnya.
Bahkan pada awal Desember 2021 lalu, masyarakat di lingkungannya menggelar aksi damai di halaman kantor DPRD OKU untuk menyuarakan permintaan perbaikan jalan.
“Namun jawaban yang kami dapat, justru tidak memuaskan. Kami hanya dijanjikan, bahwa perbaikan jalan akan dilakukan jika ada sisa anggaran dari perbaikan jalan di tempat lain,” demikian Evan. (**)
Komentar