Akibat kejadian itu, kata Arif, dirinya bersama tukang dan beberapa warga sempat panik dan lari dari lokasi sumur karena takut terjadi hal yang tak diinginkan.
Kemudian, Arif berinisiatif melapor ke Kepala Desa setempat dan diteruskan ke pihak Kecamatan Lubuk Batang.
“Malam itu, apinya menyala sekitar satu jam lebih. Setelah tahu kalau itu ada gasnya, kami disarankan untuk menutup sementara lubang pipa pakai kain basah,” ujarnya.
Menurut Arif, tekanan gas yang keluar akan lebih besar pada saat air dari dalam sumur bor disedot.
Oleh karena itu, dia belum bisa melakukan apa-apa sebelum ada kepastian dari pihak pemerintah yang berwenang menangani masalah gas alam.
“Pak kades dan pihak kecamatan kemarin sudah datang mengecek ke sini. Katanya mau dilaporkan ke Pemda. Saya tidak tahu mau diapakan, masih menunggu kepastian dari pihak yang berwenang, apakah bisa digunakan sumurnya atau tidak. Kalau tidak bisa digunakan, saya mau ngebor atau buat sumur gali di lokasi lain dekat rumah,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, saat ini air di dalam sumur bor masih ada namun tidak bisa disedot karena tekanan gas akan semakin besar keluar hingga membuat air menyembur setinggi 2 meter.
“Jadi saya takut nyedotnya. Selain itu, saya takut airnya tidak layak konsumsi. Intinya, saya menunggu kepastian dulu dari pihak pemerintah,” tandasnya.
Komentar