oleh

Putu Wijaya dan Komaruddin Hidayat Terima Anugerah Satupena Award

Namun,  mesin AI belum  mampu melakukan renungan batin, menyelami pengalaman hidup, memiliki hati yang dilezatkan oleh suka dan duka, dan mengembangkan visi mengenai apa yang baik dan buruk.

Padahal ramuan batin itu yang diperlukan untuk melahir tulisan yang otentik dan bermakna.

Zaman manapun tetap memerlukan para narator, yang mampu menarasikan apa yang tengah terjadi, dan apa yang sebaiknya dituju. Mereka adalah para penulis.

Dalam konteks itulah Satupena Award dianugerahkan kepada tokoh-tokoh penulis yang memelihara tradisi penulisan yang memiliki kedalaman.

Putu Wijaya memiliki rekor  menulis lebih dari 30 novel, 40 naskah drama, sekitar 1000 cerpen, ratusan esai, artikel lepas, dan kritik drama.

Baca Juga :  Keselamatan Kerja Hal wajib yang Tidak Bisa Ditawar!

Ia memberi warna dunia kepenulisan Indonesia (fiksi) lebih dari 50 tahun.

Komaruddin Hidayat tak hanya seorang rektor, pendidik dan guru besar. Ia sudah menulis banyak buku khususnya soal pemikiran Islam yang moderat, inklusif dan terbuka (non-fiksi).

Putu Wijaya dan Komaruddin Hidayat terpilih sebagai penerima Satupena Award
melalui seleksi ketat Dewan Juri yang mewakili penulis dari Aceh hingga Papua, tahun 2023.

Komentar