oleh

Ekonomi Baik Berefek Positif pada Ganjar, Negatif pada Anies, Netral pada Prabowo

Dalam pengukuran ini, ada 33,6 persen publik yang menyatakan kondisi ekonomi baik atau sangat baik, yang menilai buruk atau sangat buruk sebanyak 25,4 persen, yang menganggap sedang saja 38,8 persen. Ada 2,2 persen yang tidak menjawab. 

Secara umum, jelas Saiful, masyarakat lebih positif memandang kondisi ekonomi karena lebih banyak yang menyatakan baik atau sangat baik dibanding yang menyatakan buruk atau sangat buruk.

Jika dilihat secara agregat, lanjut Saiful, pemerintah atau yang dipercaya akan melanjutkan kebijakan pemerintah akan mendapatkan insentif elektoral lebih besar dari pemilih.

“Karena Jokowi tidak maju lagi, maka tokoh yang kurang lebih sama atau mendekati Jokowi dalam kepemimpinan Indonesia ke depan, maka dialah yang kemungkinan akan dipilih oleh warga yang memiliki penilaian positif dalam hal kondisi ekonomi ini,” kata pendiri SMRC tersebut.

Baca Juga :  Kinerja Gemilang! Produksi Migas PHE Triwulan I 2025 Capai 1,04 Juta Barel Setara Minyak per Hari

Saiful juga menunjukkan tren persepsi publik atas kondisi ekonomi nasional.

Pada Oktober 2020, ada 45,3 persen publik yang menilai kondisi ekonomi nasional buruk atau sangat buruk, sementara yang menilai baik atau sangat baik saat itu hanya 19,6 persen.

Komentar