HARIANRAKYAT.CO.ID – Ratusan warga di Desa Jagaraga dan Damarpura Kecamatan Buana Pemaca Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Sumatera Selatan, meminta agar jembatan yang merupakan akses utama menuju dua dusun dan perkebunan warga itu segera diperbaiki.
Kondidisi jembatan yang tak layak membuat warga yang berada di dua dusun tersebut terisolir. Akses penghubung kedua desa ini sangat dibutuhkan mengingat kendaraan sudah tidak bisa lagi melintas, terutama menuju ke kawasan perkebunan.
Hal itu terjadi karena jembatan gantung Teleme yang merupakan jembatan penghubung dua dusun ke desa induk itu mengalami rusak parah pasca diterjang banjir atau air pasang 4 tahun yang lalu.
Meski kondisi jembatan tidak layak dilalui namun warga maupun anak sekolah tak ada pilihan selain nekat berenang menyeberangi sungai dengan kedalaman lebih kurang 10 meter dan berarus deras.
“Jembatan ini akses vital warga disini namun mengalami kerusakan beberapa tahun lalu, pasca terjadinya banjir dan air pasang,” ujar Tajeri Kades Jagaraga, seperti dikutip dari Sripoku Sabtu (10-09-2021).
Lebih lanjut ia mengatakan akibat dihantam banjir kondisi fisik jembatan sepanjang 105 meter itu sangat memprihatinkan dan berbahaya jika dilalui.
Dikatakannya, sebelumnya ia telah beberapa kali mengusulkan proposal untuk pembangunan jembatan tersebut ke Pemerintah Daerah. Namun belum mendapatkan kepastian untuk perbaikan jembatan gantung itu.
“Sudah kerap kali diusulkan ke Pemda, namun beberapa hari lalu telah ditinjau BNPB, mudah-mudahan kali ini segera ditanggulangi. Sebab selain akses untuk anak ke sekolah juga akses utama dalam mengangkut hasil bumi,” ungkapnya.
Tajeri juga mengatakan, disaat kondisi darurat tak jarang warganya nekat menyeberangi sungai dengan memaksakan diri melewati jembatan yang nyaris ambruk tersebut.
“Kalau musim hujan dan aliran sungai pasang, warga takut terbawa arus yang deras, sehingga warga nekat melewati jembatan yang rusak ini,” jelas Tajeri.
Sementara itu, Heri salah satu warga yang kerap melintas di jembatan berharap jembatan segera diperbaiki oleh pemerintah, mengingat risiko yang sewaktu-waktu dapat mengancam mereka yang masih nekat menggunakannya.
“Kita berharap Pemerintah dapat segera memperbaiki, kalau bisa diganti, sebab kini warga tak berani melewati jembatan dan memilih menyeberang dengan berenang karena tak ada jalan lain lain,” ujarnya.
Heri juga mengakui, ada akses alternatif, namun dengan jarak yang cukup jauh dengan selisih jarak tempuh belasan kilometer, sehingga warga setempat terpaksa mengambil jalur menyeberang sungai.
Sementara itu dilansir dari kumparan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat telah melakukan tinjauan verifikasi terhadap jembatan gantung darurat dan dinding penahan longsor jalan di Kabupaten OKU Selatan.
Pengecekan akses vital masyarakat yang dipimpin langsung oleh Kasubdit Inventarisasi dan Analisis kebutuhan BNPB Pusat, Syavera, di Kecamatan Buana Pemaca, Kecamatan Buay Sandang Aji, Pulau Beringin, Mekakau Ilir dan Banding Agung.
“BNPB turun melakukan verifikasi terhadap usulan proposal yang disampaikan BPBD Kabupaten OKU Selatan dan nanti segera dilengkapi dengan data berupa DED dari setiap kegiatan dan kegiatan tersebut agar tidak dialokasikan ke kegiatan sumber dana yang lain,” katanya.
Sebelumnya kondisi jembatan itu sudah diusulkan ke BNPB Pusat melalui BPBD OKU Selatan tahun 2020 lalu, terdapat dua jembatan yang telah darurat pasca bencana di wilayah Desa Jagaraga dan Desa Tanjung Raya di Kecamatan Buay Sandang Aji (BSA) serta dinding penahan longsor di tiga Kecamatan.
BNPB Pusat melakukan verifikasi terhadap jembatan gantung yang telah rusak parah (darurat), sebab akses tersebut merupakan akses utama perlintasan untuk warga.
Khusus jembatan darurat penghubung dua dusun di Desa Jagaraga tersebut memiliki panjang 105 meter dengan kondisi memprihatinkan, pondasi jembatan telah miring ke arah kanan. Sementara itu beberapa papan pijakan jembatan banyak yang copot, telah berjatuhan ke sungai.
Secara keseluruhan kondisi fisik jembatan sudah tidak layak, tiang penyanggah sudah miring. Dan semak belukar telah memenuhi bagian sisi pangkal jembatan.
Selain itu di dua dusun tersebut juga dihuni lebih kurang 350 kepala keluarga yang terancam terisolir dan kesulitan keluar desa serta menuju ke perkebunan wilayah setempat. (rul)
Komentar