Gelombang protes kemudian berlanjut pada 25 Maret 2025 di halaman Kantor Bupati OKU, Hendri Mariko, dengan tuntutan serupa.
Aksi kembali mewarnai halaman gedung DPRD OKU pada 17 April 2025. Massa menuntut DPRD melakukan evaluasi terhadap SK Penjabat Bupati yang menjadi dasar kenaikan tarif serta mengembalikan tarif ke harga semula.
Penolakan tidak berhenti sampai disitu. Pada 2 September 2025, masyarakat kembali menggeruduk DPRD OKU menyuarakan terkait kenaikan tarif PDAM.
Lalu, antara 6–8 September 2025, aksi berlangsung selama tiga hari berturut-turut dengan tuntutan agar Ketua DPRD, Bupati, dan Dirut PDAM hadir dalam audiensi. Namun, saat rapat dengar pendapat (RDP) dijadwalkan pada 8 September, Ketua DPRD dan Bupati absen. Sehingga massa memilih walk out.
Protes berlanjut di Rumah Kabupaten OKU pada 11 September. Sehari kemudian, yakni pada hari ini Jumat 12 September 2025, puluhan massa kembali turun ke jalan mendatangi Kantor PDAM Tirta Raja. Mereka menggelar mimbar bebas.
Dalam orasinya, Marino, salah satu orator, menegaskan bahwa kenaikan tarif air bersih bukan sekadar masalah angka, tetapi simbol keserakahan pemerintah.









Komentar