Namun Esron tak sekadar berbisnis. Ia menghidupkan filosofi simbiosis mutualisme — hidup yang saling menghidupkan. Bahan baku kafenya didapat dari petani lokal di Karo, Tapanuli Utara, dan Deli Serdang. Sebagian bahkan ia tanam sendiri di kebun kecil di samping rumah.
“Program ini untuk memberdayakan masyarakat. Jadi bukan cuma saya yang sejahtera, tapi semua bisa merasakan manfaatnya,” tutur Esron sambil mengaduk teh susu jahe tawar yang baru disajikan..
Kebaikan Esron juga dirasakan oleh para pekerjanya. Salah satunya Yunika Feranti (27), atau Yuni, yang sudah empat tahun bekerja di sana.
“Gaji bersih, tempat tinggal dan makan disiapkan. Rasanya aman dan nyaman kerja di sini,” ucap Yuni sambil tertawa kecil.
Ia bahkan menyebut Esron seperti sosok ayah. “Bapak itu perhatian banget. Sering ingetin kami makan dan jaga kesehatan. Belum pernah punya bos yang kayak gini,” katanya, matanya berbinar.
Meski begitu, perjalanan Charispins tidak selalu semulus aroma jahe yang diseduh. Di awal berdiri, Esron sempat diterpa cibiran.








Komentar