“Dulu ada yang bilang saya main ghaib. Katanya pakai ilmu. Saya diam saja, yang penting niatnya baik,” ujarnya santai.
Masalah lain datang dari petani lokal yang meminta modal di muka. Esron memilih jalan tengah: membeli hasil sampingan dari ladang mereka agar tetap ada pemasukan.
“Saya ingin mereka belajar berupaya, bukan bergantung. Hidup itu bergandengan tangan, bukan memanfaatkan,” tegasnya.
Kini, Charispins Minkes bukan hanya tempat minum herbal, tapi juga simbol perjuangan lokal. Dari desa kecil di Lau Bekeri, semangat Esron menjalar — menyehatkan tubuh, menyuburkan ekonomi, dan menumbuhkan harapan.
Karena bagi Esron, secangkir minuman hangat dari rempah bukan sekadar pelepas dahaga. Ia adalah bukti bahwa ketulusan bisa menyeduh perubahan. (**)








Komentar