oleh

MENGGUGAT KURIKULUM MERDEKA

Harapan Kurikulum Merdeka adalah mengejar learning loss pasca Pandemi, malah semakin menjauhkan murid dari dasar-dasar ilmu pengetahuan yang memang semuanya harus ia pelajari, suka tidak suka, mau tidak mau, minat tidak minat. Karena kedepan kita tidak bisa survive hanya dengan bermodalkan minat kita terhadap satu bidang keilmuan saja, akan tetapi semua dasar ilmu pengetahuan harus kita pelajari dan kita tuntaskan. Ilmu pengetahuan tidak boleh hanya parsial melainkan harus komprehensif dan utuh. Dengan begitu kita, manusia Indonesia mampu mengejar ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan krisis pembelajaran (learning crisis).

Persoalan selanjutnya adalah mengapa Kemendibukristek terkesan mensosialisasikan Kurikulum Merdeka ini hanya di sekolah-sekolah kepunyaan Kemendikbudristek saja, yang kemudian disebut dengan Sekolah Penggerak. Kita semua tahu bahwa setiap satu Sekolah Penggerak mendapatkan kucuran dana sebesar Rp 100 juta dalam implementasi Kurikulum Merdeka ini.

Baca Juga :  Cari Selamat, Jadi Blunder

Mengapa tidak di sekolah yang ada di kampung-kampung, pelosok negeri dan sekolah-sekolah yang selama ini dianaktirikan. Apakah mereka tidak cocok untuk menjadi contoh penerapan Kurikulum Merdeka ini. Kesannya, Kemendikbud coba-coba dan tidak berani secara terang benderang kepada masyarakat. Itulah mengapa kita bertanya-tanya akan hal ini.

Komentar